Breaking

Palestina Diakui Negara Barat, Rakyat Palestina Pertanyakan Manfaat Nyata!

infomalang.com/ – Keputusan sejumlah negara Barat untuk mengakui Palestina sebagai negara berdaulat menjadi sorotan dunia. Namun, di balik euforia diplomatik tersebut, Palestina diakui negara barat muncul keraguan di kalangan warga Palestina mengenai manfaat nyata yang akan mereka rasakan.

Pengumuman terbaru datang dari Prancis, Belgia, Luksemburg, Malta, Monako, dan Andorra yang menyatakan dukungannya pada pertemuan tingkat tinggi di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Langkah ini menambah daftar panjang negara yang memberikan pengakuan. Meski demikian, banyak warga Palestina menilai bahwa pengakuan ini belum mampu mengubah kondisi mereka yang dilanda perang dan krisis kemanusiaan.

Bagi sebagian kalangan, Palestina Diakui Negara Barat dianggap sebagai penguatan legitimasi di panggung internasional. Namun, banyak pula yang menilai langkah itu masih sebatas simbolis tanpa efek langsung terhadap kehidupan sehari-hari.

Harapan yang Menyala, Realita Masih Gelap

Saeed Abu Elaish, seorang tenaga medis dari kamp pengungsi Jabaliya, mengatakan pengakuan ini memperkuat hak-hak rakyat Palestina. Namun, ia juga menegaskan bahwa penderitaan di Gaza tetap berlangsung. Dengan ribuan korban jiwa dan krisis pangan yang memburuk, pengakuan simbolis dianggap tidak cukup menjawab kebutuhan mendesak.

Di sisi lain, Huda Masawabi, seorang pengungsi yang meninggalkan Kota Gaza, menyebut pengakuan itu “tidak berguna.” Baginya, yang terpenting adalah berakhirnya perang, bukan sekadar status politik di forum internasional. Palestina Diakui Negara Barat memang terdengar besar, tetapi penderitaan tetap nyata di jalan-jalan Gaza.

Baca Juga:MBG di Kota Malang Sudah Menjangkau 18 Ribu Orang

Dampak Politik di Tengah Perang yang Berlanjut

Secara politik, pengakuan dari Barat dapat meningkatkan posisi Palestina dalam diplomasi global. Dukungan internasional juga bisa menekan Israel agar membuka ruang negosiasi. Meski begitu, pemerintah Israel tetap menolak gagasan negara Palestina dan memperluas permukiman di Tepi Barat.

Kondisi ini membuat warga Palestina skeptis. Mereka melihat Palestina Diakui Negara Barat tidak mengubah fakta di lapangan: blokade yang mengekang, operasi militer yang berkepanjangan, dan pemukiman yang terus bertambah.

Para pengamat menilai bahwa meski pengakuan tersebut memberi semangat moral, dampak ekonominya hampir tidak terasa. Gaza masih mengalami kelaparan, pasokan medis terbatas, dan ribuan warga kehilangan tempat tinggal.

Palestina dan Prospek Solusi Dua Negara

Bagi komunitas internasional, solusi dua negara tetap menjadi jalan keluar yang dianggap realistis. Palestina di Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur diyakini sebagai fondasi untuk berdampingan dengan Israel. Namun, realita di lapangan berkata lain.

Pemukiman Israel di Tepi Barat telah berkembang pesat, sementara operasi militer menekan ruang hidup warga Palestina. Nur al-Din Mansour, pengungsi dari Jenin, menegaskan bahwa yang mereka butuhkan adalah negara berdaulat penuh, bukan sekadar pengakuan simbolik.

Di sini, Palestina Diakui Negara Barat memang membuka pintu perdebatan internasional. Akan tetapi, selama kondisi di lapangan tidak berubah, banyak yang meragukan hasil nyatanya.

Reaksi Emosional dari Warga Gaza dan Tepi Barat

Adeeb Abu Khalid, seorang warga Gaza, mengaku hanya ingin perang berakhir. “Kami lapar, kami menderita,” katanya. Baginya, pengakuan dari Barat tidak membawa roti di meja atau obat di rumah sakit. Pernyataannya menggambarkan jurang antara simbol diplomasi dan kenyataan hidup.

Sementara itu, Murad Banat dari kamp Bureij menyebut pengakuan ini hanya “tinta di atas kertas.” Ucapan itu mencerminkan rasa frustrasi banyak warga yang melihat Palestina Diakui Negara Barat sekadar headline, tanpa perubahan nyata dalam hidup mereka.

Implikasi Jangka Panjang di Panggung Global

Walau penuh skeptisisme, langkah pengakuan ini tetap memiliki implikasi besar. Sekitar tiga perempat anggota PBB kini mengakui Palestina. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memperkuat posisi Palestina dalam lembaga internasional seperti Mahkamah Internasional maupun Dewan HAM.

Namun, tanpa dukungan konkret berupa tekanan diplomatik terhadap Israel, bantuan kemanusiaan yang lebih besar, dan penghentian blokade, Palestina Diakui Negara Barat hanya akan berfungsi sebagai simbol politik.

Harapan, Skeptisisme, dan Tantangan

Pada akhirnya, pengakuan negara Palestina oleh Barat membawa campuran antara harapan dan kekecewaan. Harapan karena status Palestina semakin diakui secara global, tetapi kekecewaan karena kondisi di Gaza dan Tepi Barat tetap tragis.

Bagi banyak warga Palestina, yang paling penting bukanlah status simbolik, melainkan perubahan nyata: makanan, keamanan, dan kebebasan dari pendudukan. Selama hal itu belum tercapai, Palestina Diakui Negara Barat akan terus menjadi perdebatan, apakah benar membawa solusi atau sekadar janji kosong.

Baca Juga:Apa Peran Strategis Jokowi di Dewan Penasihat Bloomberg New Economy?