Breaking

Perebutan Kursi Tribrata 1, 25 Komjen Pol Bersaing Pimpin Polri

Jabatan Kapolri atau Tribrata 1 adalah salah satu posisi paling strategis dan berpengaruh di Indonesia.

Memimpin institusi kepolisian dengan ratusan ribu personel, seorang Kapolri memiliki peran vital dalam menjaga keamanan dan ketertiban negara.

Menjelang pergantian pucuk pimpinan, bursa calon Kapolri kini memanas dengan munculnya 25 Perwira Tinggi (Pati) Polri berpangkat Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi. Perebutan Kursi Tribrata 1 ini menjadi sorotan publik.

Mereka adalah jenderal-jenderal terbaik yang saat ini aktif bertugas, baik di dalam institusi Polri maupun di kementerian dan lembaga negara lainnya.

Perebutan Kursi Tribrata 1 diprediksi akan berlangsung ketat dengan persaingan yang sehat di antara para perwira tinggi.

Kandidat dari Lingkaran Inti

Dari 25 nama yang muncul, beberapa di antaranya menempati posisi-posisi kunci yang secara tradisional menjadi ‘batu loncatan’ menuju kursi Kapolri.

Mereka adalah para jenderal yang memegang kendali atas fungsi-fungsi vital di dalam Korps Bhayangkara.

Nama-nama seperti Komjen Pol Dedi Prasetyo yang kini menjabat sebagai Wakil Kapolri, serta Komjen Pol Wahyu Widada selaku Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum), berada di barisan terdepan.

Ada pula Komjen Pol Karyoto yang menjabat Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam), dan Komjen Pol Syahardiantono sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim).

Baca Juga:Balap Liar di Malang Tertangkap, Polisi Amankan 14 Remaja dalam Aksi Kejar-kejaran

Posisi lain yang tak kalah penting adalah Komjen Pol Akhmad Wiyagus (Kabaintelkam), Komjen Pol Chryshnanda Dwilaksana (Kalemdiklat), dan Komjen Pol Imam Widodo (Dankor Brimob).

Masing-masing memimpin satuan-satuan yang menjadi ujung tombak Polri, mulai dari intelijen, pendidikan, hingga penanganan keamanan.

Pengalaman di posisi-posisi strategis ini memberikan modal kuat bagi mereka. Perebutan Kursi Tribrata 1 dari kelompok ini sangat dinamis.

Perebutan Kursi Tribrata 1 semakin menarik dengan hadirnya banyak nama berpengalaman.

Latar belakang yang beragam, mulai dari Reserse yang fokus pada penegakan hukum, Lantas yang berinteraksi langsung dengan publik, hingga Brimob yang menguasai taktik lapangan, menunjukkan bahwa institusi Polri memiliki banyak pilihan pemimpin dengan keahlian spesifik yang mumpuni.

Jenderal Bintang Tiga di Luar Struktur Polri

Menariknya, daftar calon Kapolri juga diisi oleh para Komjen Pol yang saat ini bertugas di luar institusi Polri. Keberadaan mereka menunjukkan bahwa pengalaman di bidang lain juga menjadi pertimbangan penting.

Nama-nama seperti Komjen Pol Suyudi Ario Seto yang menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Komjen Pol Albertus Rachmad Wibowo di Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menunjukkan spesialisasi yang dibutuhkan.

Selain itu, ada pula jenderal-jenderal yang menempati posisi strategis di berbagai kementerian, seperti Komjen Pol Tomsi Tahir (Sekjen Kemendagri), Komjen Pol Rudy Heriyanto (Sekjen KKP), dan Komjen Pol Nico Afinta (SekjenKemenkumham).

Kehadiran mereka membuktikan bahwa peran Polri tidak terbatas pada penegakan hukum, tetapi juga meluas ke ranah kebijakan dan administrasi negara.

Pengalaman ini memberikan mereka perspektif yang lebih luas tentang tata kelola pemerintahan dan sinergi antarlembaga.

Perebutan Kursi Tribrata 1 dari kelompok ini memperkaya pilihan. Perebutan Kursi Tribrata 1 menunjukkan luasnya cakupan peran seorang perwira tinggi.

Faktor Usia dan Aturan Baru

Revisi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri juga memberikan dampak signifikan terhadap bursa calon Kapolri.

Aturan baru yang tercantum dalam RUU Polri memungkinkan perpanjangan masa pensiun perwira Polri menjadi 60 tahun, bahkan bisa ditambah dua tahun jika memiliki keahlian khusus.

Aturan ini memberi kesempatan kepada Komjen Pol yang usianya mendekati 58 tahun untuk tetap berada dalam daftar.

Misalnya, Komjen Pol Dedi Prasetyo (57 tahun), Komjen Pol Akhmad Wiyagus (57 tahun), dan Komjen Pol Tornagogo Sihombing (57 tahun) kini memiliki peluang lebih besar.

Peraturan baru ini memastikan bahwa pengalaman dan kematangan para jenderal senior tetap bisa dimanfaatkan oleh institusi.

Perebutan Kursi Tribrata 1 kini tidak hanya tentang senioritas, tetapi juga tentang kecakapan yang relevan. Perebutan Kursi Tribrata 1 menjadi ajang bagi generasi terbaik untuk bersaing.

Peran dan Kriteria dalam Penentuan Pilihan

Proses penentuan Kapolri tidak hanya bergantung pada popularitas atau posisi saat ini, melainkan juga pada rekam jejak, integritas, dan kemampuan manajerial.

Kriteria ini menjadi pertimbangan utama bagi Presiden dalam mengambil keputusan. Sebelum menetapkan nama, Presiden akan meminta masukan dari Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk memastikan prosesnya transparan dan akuntabel.

Kompolnas akan menyaring nama-nama yang ada dan menyodorkan beberapa nama terbaik kepada Presiden. Setelah itu, nama calon terpilih akan menjalani uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) di DPR untuk mendapatkan persetujuan.

Dengan 25 nama yang beredar, masyarakat dapat melihat bahwa Perebutan Kursi Tribrata 1 akan memilih pemimpin yang paling mumpuni.

Baca juga:Polisi Tangkap Jambret Kalung Emas Lansia di Wonosari Malang