InfoMalang – Program MBG untuk Ibu hamil kini Hadir. Program MBG Tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan pelajar, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) juga telah mengimplementasikan MBG untuk kelompok 3B. Kelompok ini mencakup ibu hamil, ibu menyusui, serta bayi di bawah lima tahun (balita).
Kehadiran program ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas gizi masyarakat, khususnya bagi generasi penerus bangsa yang masih dalam masa pertumbuhan.
Baca Juga:KSP Jamin Program MBG Berjalan Optimal, Monitoring Pelaksanaannya di SPPG Malang
Penerima Manfaat MBG Kelompok 3B
Berdasarkan data terbaru, jumlah penerima MBG untuk kelompok 3B di Kabupaten Malang mencapai 2.689 orang. Dari angka tersebut, 329 adalah ibu hamil, 424 ibu menyusui, dan 1.936 balita.
Penyaluran MBG dilakukan melalui posyandu yang berada di dalam jangkauan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Sistem ini dirancang agar masyarakat yang masuk dalam kategori penerima bisa mendapatkan makanan bergizi secara teratur dan berkesinambungan.
Kepala DPPKB Kabupaten Malang, Aniswaty Aziz, menjelaskan bahwa distribusi MBG tidak hanya bergantung pada kehadiran penerima di posyandu. Bagi ibu hamil yang tidak dapat hadir, kader posyandu memiliki kewajiban untuk mengantarkan langsung makanan bergizi tersebut ke rumah masing-masing.
Hal ini menjadi bentuk perhatian serius pemerintah daerah agar tidak ada kelompok rentan yang terlewat dari program prioritas ini.
Tantangan dan Keterbatasan Kuota
Meskipun program MBG sudah berjalan, cakupan penerimanya masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan ibu hamil dan balita di Kabupaten Malang.
Data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) menunjukkan jumlah ibu hamil di Kabupaten Malang tahun ini mencapai 41.923 jiwa, sementara balita tercatat sebanyak 200.471 anak. Artinya, puluhan ribu ibu hamil dan ratusan ribu balita masih belum tersentuh manfaat program MBG.
Sebagai ilustrasi, di Kecamatan Wajak, jumlah ibu hamil mencapai 397 orang. Namun, kuota MBG yang disalurkan hanya mencakup sekitar 10 persen dari kapasitas SPPG.
Kesenjangan ini membuat Pemkab Malang berharap dukungan anggaran tambahan serta perluasan jangkauan program agar lebih banyak warga dapat menerima manfaat. “Kami ingin seluruh ibu hamil bisa melahirkan dengan sehat dan bayi tumbuh optimal berkat dukungan gizi yang cukup,” ujar Aniswaty.
Penyaluran di Lapangan
Salah satu SPPG yang aktif menyalurkan MBG untuk kelompok 3B adalah SPPG Lanud Abdulrachman Saleh di Kecamatan Pakis. Di wilayah ini, penyaluran dilakukan melalui lima posyandu yang berada di sekitar Lanud Abd Saleh.
Total penerima manfaat tercatat sebanyak 225 orang, terdiri atas 13 ibu hamil, 59 ibu menyusui, dan 127 balita. Penyaluran sudah dimulai sejak Kamis (26/6) lalu dan direncanakan berlangsung secara berkesinambungan.
Dalam proses distribusinya, tidak ada persyaratan rumit yang harus dipenuhi. Selama masyarakat masih berada dalam radius jangkauan SPPG dan termasuk dalam daftar penerima yang telah ditetapkan, maka mereka berhak mendapatkan makanan bergizi.
Satu SPPG sendiri ditargetkan mampu melayani maksimal 3.500 orang dengan radius layanan sekitar 4 kilometer dari titik lokasi.
Harapan untuk Masa Depan
Meski program MBG kelompok 3B masih dalam tahap awal dengan cakupan terbatas, kehadirannya menjadi harapan baru bagi masyarakat. Kehidupan ibu hamil, ibu menyusui, serta balita sangat dipengaruhi oleh faktor gizi. Dengan adanya intervensi pemerintah melalui penyediaan makanan bergizi gratis, angka stunting dan risiko kesehatan ibu diharapkan dapat ditekan secara signifikan.
Selain itu, keterlibatan kader posyandu dalam mendistribusikan makanan secara langsung juga menegaskan peran penting masyarakat dalam mendukung program pemerintah. Kader tidak hanya menjadi penghubung antara pemerintah dan warga, tetapi juga agen penting yang memastikan setiap penerima benar-benar mendapatkan haknya.
Aniswaty menambahkan, peningkatan cakupan program MBG akan terus diperjuangkan. Ia menilai keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada distribusi makanan, tetapi juga pada keberlanjutan anggaran dan dukungan lintas sektor. “Jika cakupan semakin luas, maka dampaknya terhadap kesehatan masyarakat juga akan semakin nyata,” ungkapnya.
Tantangan dalam Realisasi
Meski secara konsep program MBG sangat baik, realisasinya tidak terlepas dari sejumlah tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan sumber daya, baik dari sisi anggaran maupun tenaga lapangan. Banyaknya jumlah ibu hamil dan balita yang harus dilayani membutuhkan manajemen distribusi yang efektif agar tidak terjadi ketimpangan.
Selain itu, ada pula tantangan dalam hal kesadaran masyarakat. Beberapa ibu hamil dan menyusui mungkin masih belum sepenuhnya memahami pentingnya makanan bergizi. Karena itu, selain distribusi, edukasi mengenai pola makan sehat juga menjadi faktor penting agar program ini benar-benar memberikan hasil yang maksimal.
Dukungan dan Kolaborasi
Ke depan, Pemkab Malang berharap adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah provinsi, pusat, hingga sektor swasta. Kolaborasi diperlukan agar program MBG dapat menjangkau lebih banyak sasaran. Dengan meningkatnya dukungan, bukan tidak mungkin seluruh ibu hamil, ibu menyusui, dan balita di Kabupaten Malang bisa merasakan manfaat makanan bergizi gratis.
Pemerintah juga mendorong peran aktif masyarakat untuk memanfaatkan posyandu sebagai sarana utama pelayanan kesehatan dasar. Dengan memaksimalkan peran posyandu, program MBG bisa lebih efektif menjangkau kelompok 3B yang selama ini rentan terhadap masalah gizi dan kesehatan.








