Breaking

Rencong Batu, Simbol Budaya Aceh Selatan yang Bernilai Ekonomi Tinggi

Rencong Batu, cinderamata unik berbahan marmer lokal Aceh Selatan, kini menjadi salah satu ikon ekonomi kreatif yang mengangkat nilai budaya sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Berawal dari ide kreatif mahasiswa Program Studi Teknik Industri Politeknik Aceh Selatan (Poltas) pada tahun 2019 di bawah bimbingan dosen Asbahrul Amri, produk ini telah berkembang menjadi kebanggaan daerah yang dikenal luas hingga tingkat nasional.

Inovasi ini berangkat dari filosofi rencong sebagai senjata tradisional khas Aceh yang sarat makna sejarah dan identitas budaya. Namun, berbeda dengan rencong pada umumnya, Rencong Batu dibuat dari marmer berkualitas tinggi yang berasal dari perbukitan Aceh Selatan. Transformasi tersebut tidak hanya mempertahankan nilai filosofisnya, tetapi juga menjadikannya karya seni bernilai estetika tinggi yang layak dijadikan suvenir maupun koleksi pribadi.

Dari Ide Kreatif ke Prestasi Nasional

Sejak diperkenalkan, Rencong Batu langsung mendapat sambutan positif. Produk ini bahkan berhasil meraih Juara I kategori Cinderamata Terpopuler pada ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) 2020, mengungguli berbagai produk kreatif dari daerah lain. Prestasi ini menjadi bukti bahwa sentuhan inovasi pada warisan budaya dapat membuka peluang ekonomi baru.

Asbahrul Amri, penggagas sekaligus pemilik Rencong Batu, menjelaskan bahwa proses pembuatannya membutuhkan ketelitian dan waktu yang tidak singkat. Dengan ukuran ideal sekitar 25 cm, satu Rencong Batu memerlukan waktu empat hingga lima hari pengerjaan. Marmer yang digunakan memiliki tiga varian warna alami, yaitu putih, abu-abu, dan hitam, sehingga setiap produk memiliki karakter unik.

“Rencong Batu ini sering dipesan oleh instansi pemerintah, perbankan, maupun masyarakat umum. Harganya berkisar Rp500.000 per unit, menyesuaikan tingkat kerumitan dan kualitas bahan,” ujar Amri.

Menggerakkan Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya

Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan melihat potensi besar Rencong Batu sebagai penggerak ekonomi kreatif berbasis budaya lokal. Bupati Aceh Selatan, Mirwan MS, menyatakan bahwa produk ini bersama komoditas unggulan lain seperti Ber Pala dan motif Situnjung akan diangkat menjadi ikon daerah yang bisa bersaing di pasar nasional maupun internasional.

Menurut Mirwan, pengembangan sektor ekonomi kreatif menjadi strategi penting untuk meningkatkan daya saing daerah sekaligus membuka lapangan kerja baru. Rencong Batu juga kerap dibawa sebagai cinderamata resmi saat kunjungan ke kementerian atau pertemuan dengan pejabat pusat, sebagai bagian dari promosi produk lokal unggulan.

Baca Juga:Bupati Malang Dorong Pendaftaran Bantengan Sebagai HAKI, Upaya Pelestarian Budaya Lokal

“Rencong Batu bukan hanya cenderamata, tetapi simbol perjuangan dalam mengangkat potensi daerah. Produk ini merepresentasikan kearifan lokal sekaligus peluang bisnis yang menjanjikan,” tegasnya.

Tantangan dan Dukungan Pemerintah

Meski prospeknya cerah, pengembangan Rencong Batu menghadapi tantangan seperti keterbatasan modal, teknologi produksi, dan akses pasar digital. Pemerintah daerah berkomitmen untuk memberikan solusi melalui pelatihan, bantuan peralatan, kemudahan akses permodalan, dan promosi melalui berbagai event.

Bupati menegaskan pentingnya transformasi digital bagi pelaku UMKM. Dengan pemasaran online yang dikelola profesional, produk seperti Rencong Batu dapat menjangkau konsumen lebih luas, termasuk pasar internasional.

“Ke depan, kami akan membantu UMKM untuk mengoptimalkan platform digital sehingga produk unggulan Aceh Selatan dapat dikenal lebih luas,” kata Mirwan.

Potensi Budaya yang Mendunia

Keunikan Rencong Batu terletak pada perpaduan nilai sejarah, seni, dan bahan alami yang khas. Marmer Aceh Selatan dikenal memiliki kualitas yang tidak kalah dengan marmer impor. Keunggulan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan maupun kolektor seni.

Selain nilai estetika, Rencong Batu memuat pesan filosofis tentang keberanian, kehormatan, dan identitas masyarakat Aceh. Nilai-nilai tersebut membuatnya relevan tidak hanya sebagai barang pajangan, tetapi juga sebagai simbol penghargaan terhadap sejarah dan budaya.

Pemerintah daerah berharap Rencong Batu dapat menembus pasar global melalui pameran internasional, kerja sama dengan desainer, dan kolaborasi dengan platform e-commerce. Dengan strategi pemasaran yang tepat, produk ini berpotensi menjadi ikon budaya Indonesia yang dikenal dunia.

Sinergi Pusat dan Daerah

Dalam upaya memperluas jangkauan pasar, Pemkab Aceh Selatan membangun komunikasi dengan pemerintah pusat, termasuk Kementerian Koperasi dan UKM serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dukungan dari kedua level pemerintahan ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan industri kreatif daerah.

“Dengan sinergi yang kuat, produk-produk berbasis budaya seperti Rencong Batu akan lebih mudah masuk ke jaringan pemasaran nasional dan internasional,” ungkap Mirwan optimis.

Menjaga Warisan, Membangun Ekonomi

Rencong Batu adalah bukti bahwa pelestarian budaya dapat berjalan seiring dengan pengembangan ekonomi. Dengan dukungan masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha, produk ini mampu menjadi penopang ekonomi sekaligus penjaga identitas Aceh Selatan.

Inovasi yang lahir dari kearifan lokal ini memberikan inspirasi bahwa warisan leluhur tidak harus tinggal sebagai artefak masa lalu, melainkan bisa dihidupkan kembali dalam bentuk yang relevan dan bernilai ekonomi tinggi.

Ke depan, Rencong Batu diharapkan tidak hanya menjadi kebanggaan Aceh Selatan, tetapi juga menjadi representasi budaya Indonesia yang mendunia. Dengan kombinasi kualitas, nilai budaya, dan strategi pemasaran yang tepat, produk ini siap menapaki panggung global sebagai simbol kemajuan ekonomi kreatif berbasis budaya.

Baca Juga:Pesta Rakyat Malang Raya: Kolaborasi Budaya, Hiburan, dan Ekonomi Lokal