Infomalang – Penerimaan retribusi di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sendangbiru, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, tercatat merosot drastis sepanjang tahun 2025. Berdasarkan data resmi Dinas Perikanan Kabupaten Malang, total pendapatan retribusi hanya mencapai sekitar Rp3,4 miliar.
Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya, angka tersebut mampu menembus Rp9,5 miliar. Dengan demikian, terdapat selisih penurunan hingga Rp6,1 miliar dibandingkan target awal.
Penurunan yang signifikan ini menjadi sorotan banyak pihak, terutama karena TPI Sendangbiru selama ini dikenal sebagai pusat lelang ikan terbesar di pesisir selatan Jawa Timur. Aktivitas pelelangan ikan di kawasan ini menjadi tulang punggung ekonomi ribuan keluarga nelayan, pedagang, dan pelaku usaha pendukung seperti penyedia bahan bakar, jasa perbaikan kapal, hingga transportasi distribusi.
Cuaca Buruk dan Hasil Tangkapan Menurun
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Malang, Arif Setiawan, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem yang melanda perairan selatan menjadi penyebab utama turunnya pendapatan retribusi. “Sejak awal semester pertama, gelombang tinggi dan angin kencang membuat sebagian besar nelayan tidak bisa melaut sesuai jadwal. Volume ikan yang masuk ke TPI otomatis menurun,” ungkapnya dalam konferensi pers, Senin (22/9).
Ia menambahkan, berkurangnya hasil tangkapan juga berdampak pada harga ikan di pasar. Fluktuasi harga membuat pedagang besar dari luar daerah menahan pembelian dalam jumlah besar. Kondisi ini memicu efek domino: jumlah transaksi lelang menurun, nilai retribusi berkurang, dan roda perekonomian pesisir ikut melambat.
Suara Nelayan: “Pemasukan Harian Turun Separuh”
Sugeng, salah satu nelayan yang sudah 20 tahun melaut di perairan Sendangbiru, mengaku pemasukan hariannya turun hingga 50 persen. “Biasanya sekali melaut bisa dapat dua kuintal ikan, sekarang paling setengahnya. Biaya solar dan logistik tetap sama, jadi keuntungan kami menipis,” jelasnya.
Pedagang ikan lokal pun merasakan dampak yang sama. Sri Wahyuni, pemilik lapak di sekitar TPI, menyebut penjualan hariannya turun drastis. “Kalau musim normal bisa habis 60 kilogram sehari, sekarang paling 25 kilogram. Omzet jelas menurun, dan kami harus pintar mengatur modal,” ujarnya.
Dampak ke Rantai Ekonomi Pesisir
Penurunan retribusi tidak hanya dirasakan nelayan, tetapi juga pelaku usaha lain yang bergantung pada aktivitas pelelangan ikan. Pemilik bengkel perahu, penyedia es balok, hingga jasa transportasi distribusi merasakan sepinya pesanan. Beberapa pemilik kapal bahkan menunda perawatan mesin karena pemasukan tidak sebanding dengan biaya operasional.
Menurut pengamat ekonomi perikanan Universitas Brawijaya, Dwi Handayani, fenomena ini menegaskan pentingnya diversifikasi ekonomi di kawasan pesisir. “Ketergantungan tunggal pada aktivitas melaut membuat masyarakat rawan terpukul ketika cuaca buruk berkepanjangan. Perlu dukungan dari pemerintah daerah untuk membuka peluang usaha turunan, seperti olahan hasil laut,” jelasnya.
Langkah Pemerintah Kabupaten Malang
Menanggapi situasi ini, Pemerintah Kabupaten Malang menyiapkan beberapa strategi pemulihan. Program subsidi bahan bakar untuk nelayan akan dipercepat, dengan harapan meringankan biaya operasional ketika musim tangkap kembali normal. Selain itu, pelatihan pengolahan ikan menjadi produk bernilai tambah, seperti abon, bakso ikan, dan kerupuk, sedang digalakkan.
Baca Juga: Jalan Bunga Coklat Terendam Banjir pada Minggu Sore
“Kami tidak hanya fokus pada penjualan ikan segar. Kami ingin masyarakat pesisir memiliki kemampuan mengolah hasil tangkapan agar tetap mendapatkan pemasukan, bahkan saat cuaca tidak mendukung,” kata Arif Setiawan.
Pemkab Malang juga berencana memperbaiki infrastruktur dermaga dan jalur distribusi agar proses bongkar muat lebih efisien. Langkah ini diharapkan meningkatkan daya tarik TPI Sendangbiru bagi pembeli dari luar daerah ketika musim tangkap kembali stabil.
Harapan Pemulihan Akhir Tahun
Meskipun terjadi penurunan pendapatan hingga Rp6,1 miliar, para pengamat menilai kondisi ini masih bersifat sementara. Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut cuaca di selatan Jawa diperkirakan membaik menjelang akhir tahun.
Jika prakiraan ini akurat, aktivitas melaut akan kembali normal pada Oktober hingga Desember.
“Kami optimis, karena permintaan ikan segar tetap tinggi di pasar Jawa Timur. Begitu nelayan bisa melaut, volume pelelangan akan naik dan pendapatan retribusi bisa dikejar kembali,” ujar Dwi Handayani.
Para nelayan pun menaruh harapan yang sama. Mereka berharap dukungan pemerintah terus mengalir, terutama dalam ketersediaan bahan bakar dan kepastian harga jual. “Kami hanya butuh cuaca baik dan BBM lancar. Jika dua hal itu terpenuhi, hasil tangkapan pasti kembali normal,” kata Sugeng menutup percakapan.
Baca Juga: Banjir dan Longsor Melanda Empat Kecamatan di Wilayah Malang Selatan
Penurunan retribusi TPI Sendangbiru sebesar Rp6,1 miliar menjadi peringatan penting bagi pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan. Cuaca buruk dan minimnya hasil tangkapan telah menunjukkan betapa rentannya ekonomi pesisir terhadap faktor alam.
Dengan langkah strategis yang cepat—mulai dari subsidi, pelatihan olahan ikan, hingga perbaikan infrastruktur—diharapkan TPI Sendangbiru dapat bangkit dan kembali menjadi pusat aktivitas ekonomi maritim yang vital bagi Kabupaten Malang.















