Infomalang – Pemerintah Kota (Pemkot) Malang menyiapkan langkah besar untuk menekan risiko banjir yang kerap melanda kawasan perkotaan. Wali Kota Malang Wahyu Hidayat memastikan dana bantuan senilai Rp50 miliar yang berasal dari program pendanaan Bank Dunia akan difokuskan sepenuhnya pada proyek penanganan banjir di sejumlah titik rawan.
Fokus Dana Internasional untuk Infrastruktur Drainase
Menurut Wahyu, dukungan Bank Dunia menjadi bagian dari program pemerintah pusat yang menyalurkan bantuan ke berbagai kota di Indonesia yang menghadapi masalah banjir berulang. Malang menjadi salah satu penerima manfaat karena memiliki catatan genangan tinggi ketika curah hujan ekstrem terjadi.
“Dana Rp50 miliar dari Bank Dunia akan diarahkan seluruhnya untuk penanganan banjir. Prioritasnya di kawasan yang selama ini paling sering tergenang,” kata Wahyu di Balai Kota Malang, Selasa (23/9/2025).
Beberapa titik rawan banjir yang masuk rencana pengerjaan antara lain Jalan Letjen Sutoyo, Jalan Bondowoso, Jalan Bareng, dan Jalan Galunggung. Kawasan-kawasan ini selama bertahun-tahun menjadi langganan banjir setiap musim hujan, sehingga memerlukan intervensi menyeluruh.
Identifikasi Lokasi dan Penyebab Banjir
Sebelum dana dikucurkan, Pemkot Malang bersama tim teknis telah melakukan survei lapangan. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah rawan banjir mengalami kerusakan sistem drainase. Saluran air yang ada tidak lagi mampu menampung debit air tinggi ketika hujan lebat. Akibatnya, air meluap ke jalan dan permukiman sekitar.
Wahyu menegaskan bahwa proses identifikasi ini penting agar proyek yang didanai Bank Dunia benar-benar menyasar akar masalah. “Kami memastikan penyebab banjir dipahami dengan baik. Tidak hanya soal kapasitas saluran, tetapi juga perilaku pembuangan sampah masyarakat dan tata ruang kota,” jelasnya.
Tahapan Proyek: Dari Tender hingga Pembangunan
Pendanaan dari Bank Dunia disalurkan melalui mekanisme pemerintah pusat. Karena itu, proses lelang dan penunjukan pelaksana proyek menjadi kewenangan kementerian terkait. Pemkot Malang sendiri bertindak sebagai penerima manfaat sekaligus pengawas di lapangan.
Mengacu rencana awal, tahap lelang proyek akan dimulai pada Oktober 2025. Setelah proses tender selesai, pembangunan fisik dijadwalkan mulai Januari 2026. Pemerintah kota menargetkan seluruh pekerjaan utama bisa tuntas dalam kurun waktu satu tahun anggaran, sehingga manfaatnya segera dirasakan warga.
Strategi Penanganan Menyeluruh
Selain peningkatan kapasitas drainase, proyek ini juga mencakup pembersihan sedimen, pembangunan saluran baru di beberapa titik, serta pemasangan pintu air otomatis. Desain teknis proyek mempertimbangkan proyeksi curah hujan ekstrem akibat perubahan iklim.
“Kami ingin memastikan infrastruktur yang dibangun bukan hanya solusi jangka pendek, tetapi mampu bertahan hingga puluhan tahun,” ujar Wahyu. Ia menambahkan bahwa standar konstruksi akan mengikuti pedoman nasional serta saran konsultan internasional yang ditunjuk Bank Dunia.
Kolaborasi dengan Warga dan Akademisi
Pemerintah Kota Malang menggandeng perguruan tinggi setempat untuk melakukan kajian hidrologi dan dampak lingkungan. Dosen dan mahasiswa teknik sipil Universitas Brawijaya dilibatkan dalam proses perencanaan detail agar proyek ini ramah lingkungan dan efisien.
Baca Juga: BPBD Malang Bersihkan 200-an Sumur Warga Usai Banjir Sumawe
Selain itu, Pemkot Malang akan mengadakan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pekerjaan. Edukasi meliputi pentingnya menjaga kebersihan saluran air, tidak membuang sampah sembarangan, dan kesiapsiagaan menghadapi musim hujan. “Partisipasi warga sangat penting supaya proyek ini tidak hanya berhasil secara teknis, tapi juga berkelanjutan,” kata Wahyu.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Investasi Rp50 miliar tidak hanya menekan risiko banjir, tetapi juga membuka peluang ekonomi. Selama masa pembangunan, pemerintah memprioritaskan tenaga kerja lokal untuk terlibat dalam proyek, baik sebagai pekerja konstruksi maupun penyedia jasa pendukung.
Bagi pelaku usaha kecil di sekitar area proyek, kehadiran infrastruktur baru diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan dan nilai properti. “Kalau banjir berkurang, otomatis aktivitas ekonomi akan lancar. Pedagang tidak perlu khawatir dagangan rusak setiap hujan deras,” ujar Lilis, pemilik toko di Jalan Bondowoso.
Bagian dari Program Nasional
Pendanaan dari Bank Dunia ini sejalan dengan komitmen pemerintah pusat dalam memperkuat ketahanan kota terhadap perubahan iklim. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menempatkan Malang sebagai salah satu kota prioritas di Jawa Timur karena pertumbuhan penduduk dan kepadatan permukiman yang terus meningkat.
Bank Dunia sendiri telah lama bekerja sama dengan Indonesia dalam program pengendalian banjir, termasuk di Jakarta dan Semarang. Keberhasilan proyek-proyek sebelumnya menjadi dasar pemberian dana untuk Malang.
Harapan Jangka Panjang
Wahyu berharap kehadiran proyek ini dapat mengurangi kerugian tahunan akibat banjir, seperti kerusakan jalan, rumah, hingga gangguan transportasi. Ia juga menekankan pentingnya pemeliharaan rutin setelah proyek selesai. “Kami akan membentuk tim khusus pemelihara drainase agar saluran tetap bersih dan berfungsi maksimal,” tegasnya.
Para pengamat tata kota menilai langkah Pemkot Malang ini tepat waktu. Dengan curah hujan yang cenderung meningkat setiap tahun, kapasitas drainase lama jelas tidak mencukupi. Investasi infrastruktur berbasis data dan dukungan internasional dinilai mampu meningkatkan ketahanan kota dalam jangka panjang.
Baca Juga: Indonesia dan Uni Eropa Perkuat Hubungan Dagang, Tantang Kebijakan Tarif Global
Dengan arahan jelas dari Wali Kota Wahyu Hidayat, penggunaan dana Rp50 miliar dari Bank Dunia diharapkan menjadi tonggak penting dalam upaya Malang menanggulangi banjir. Kombinasi perencanaan matang, dukungan teknis, dan partisipasi warga diyakini dapat menghadirkan solusi permanen.
Jika seluruh tahapan berjalan sesuai jadwal, pada awal 2026 masyarakat Kota Malang akan mulai merasakan dampak positif dari proyek besar ini: jalan-jalan bebas genangan, lingkungan lebih sehat, dan aktivitas ekonomi yang tidak lagi terganggu setiap musim hujan.















