Breaking

Trump Kenakan Tarif 50% ke Brasil, Tegaskan Langkah Bermuatan Politik

InfoMalang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengambil tindakan besar dalam kebijakan perdagangannya. Pada akhir Juli 2025, Trump mengumumkan penerapan tarif impor sebesar 50% terhadap sebagian besar barang dari Brasil. Tarif ini menjadi salah satu yang tertinggi selama periode perang dagang yang digencarkannya sejak awal menjabat kembali.

Meski begitu, Trump memberikan penawaran untuk beberapa sektor penting, seperti pesawat terbang, energi, dan jus jeruk, yang tetap dibebaskan dari beban tarif tersebut. Kebijakan ini secara langsung memicu ketegangan baru dalam hubungan diplomatik dan ekonomi antara Washington dan Brasilia.

Baca Juga: Bank Indonesia Malang Resmikan Festival MBF 2025: Dorong UMKM & Ekonomi Syariah Secara Sinergis

Kebijakan Tarif Diserta Sanksi terhadap Hakim Brasil

Pemberlakuan tarif tinggi ini diumumkan bersamaan dengan sanksi terhadap hakim Mahkamah Agung Brasil, Alexandre de Moraes . Hakim ini diketahui memimpin kasus yang melibatkan mantan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, atas dugaan upaya menggagalkan pelantikan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva pada tahun 2023.

Trump dan jajaran kabinetnya menilai bahwa Alexandre de Moraes telah melampaui batas kewenangan hukumnya. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyebut hakim tersebut sebagai sosok yang bertindak seperti “hakim dan juri dalam sebuah perburuan penyihir yang melanggar hukum terhadap warga dan perusahaan Amerika serta Brasil.”

“Dia bertanggung jawab atas kampanye bersumpah berupa sensor, terpilih sewenang-wenang yang melanggar hak asasi manusia, dan menyuarakan menyampaikan politik, termasuk terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro,” ujar Bessent, dikutip dari Reuters, Kamis (31/7/2025).

Latar Belakang Ketegangan Trump dan Brasil

Kebijakan tarif ini bukanlah keputusan yang muncul secara tiba-tiba. Hubungan antara Trump dan Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, memburuk sejak lama. Lula bahkan pernah menyebut Trump sebagai “kaisar yang tidak diinginkan,” sebuah pernyataan yang memicu ketegangan pribadi di antara keduanya.

Pemerintah AS menganggap tindakan Moraes sebagai bentuk kebijakan yang berdampak pada warga dan perusahaan Amerika. Di sisi lain, pemerintah Brasil membela de Moraes dan menolak sanksi dari AS.

Dalam pernyataan resminya, pemerintah Brasil mengecam kebijakan tarif dan sanksi tersebut . Mereka menyebut tindakan AS yang mencampurkan persoalan politik dalam perdagangan sebagai tindakan yang tidak dapat dibenarkan. “Brasil siap bernegosiasi soal perdagangan, tetapi kami juga akan mempertahankan hak kami untuk membela diri,” kata Lula.

Persyaratan Tindakan Balasan dari Brasil

Pernyataan Lula ini dianggap sebagai sinyal adanya kemungkinan balasan tarif dari Brasil. Pemerintah Brasil diketahui sedang menyiapkan langkah-langkah strategi sebagai respons terhadap kebijakan AS. Namun, Trump langsung memberikan peringatan keras bahwa Amerika tidak akan tinggal diam jika Brasil berani mengambil langkah balasan.

“Jika Brasil membalas, maka AS akan memberikan tindakan lanjutan yang lebih tegas,” demikian peringatan Trump dalam sebuah konferensi pers di Washington.

Ancaman Trump kepada Lula Sebelum Kebijakan Diumumkan

Sebelum kebijakan ini resmi berlaku, Trump telah memberikan sinyal ancaman melalui surat kepada Presiden Lula . Dalam surat tersebut, Trump menegaskan bahwa jika Brasil tidak menghentikan konferensi terhadap Bolsonaro, maka ia akan memberlakukan tarif tinggi terhadap sebagian besar produk asal Brasil mulai 1 Agustus 2025.

Ancaman itu kini benar-benar diwujudkan melalui kebijakan tarif 50%, yang membuat nilai ekspor Brasil ke AS terancam menurun drastis.

Dampak terhadap Perdagangan dan Diplomasi

Tarif baru ini berdampak akan mengguncang perdagangan antara AS dan Brasil, yang selama ini memiliki kerja sama di berbagai sektor, mulai dari pertanian, energi, hingga manufaktur. Brasil dikenal sebagai salah satu eksportir utama daging, biji-bijian, dan baja ke Amerika Serikat. Dengan kenaikan tarif ini, harga barang-barang asal Brasil di pasar AS diperkirakan akan melonjak tajam, yang berpotensi menekan impor.

Para analis perdagangan menilai bahwa kebijakan ini lebih dipengaruhi faktor politik dibandingkan ekonomi murni. “Trump menggunakan tarif sebagai alat tekanan diplomatik untuk melindungi Bolsonaro dan mengintervensi kebijakan internal Brasil,” ujar seorang pengamat hubungan internasional di Washington.

Reaksi Pemerintah Brasil

Menyanggapi hal ini, pemerintah Lula menolak keras kebijakan Trump . Mereka menilai kebijakan tarif dan sanksi terhadap hakim sebagai bentuk campur tangan yang tidak dapat diterima. “Kami tidak bisa membiarkan keputusan politik mempengaruhi hubungan dagang yang seharusnya berjalan adil,” kata Lula dalam pernyataan persnya.

Meski begitu, Lula juga membuka pintu untuk berdialog. “Kami siap duduk bersama untuk membicarakan isu perdagangan ini, tetapi kami tidak akan tunduk pada tekanan,” tegasnya.

Situasi Berpotensi Memanas

Situasi ini membuat hubungan AS-Brasil berada di titik kritis. Jika Brasil memutuskan menerapkan tarif balasan, perang dagang kedua negara akan semakin memanas. Hal ini juga berpotensi mempengaruhi pasar global, mengingat peran Brasil dalam rantai pasokan komoditas internasional, terutama di sektor pertanian dan energi.

Sejumlah ekonom mengingatkan bahwa konflik ini dapat merugikan kedua negara dalam jangka panjang. Tarif tinggi dapat menghambat perdagangan, meningkatkan inflasi, dan mempengaruhi investasi bilateral.

Meski begitu, Trump nampaknya tetap pada pendiriannya. Ia menegaskan bahwa kebijakan ini adalah bagian dari misinya untuk “melindungi kepentingan Amerika” dan tidak mengambil langkah lebih jauh jika dianggap perlu.

Baca Juga: Tarif Baru Trump Bikin Harga Barang Naik, Warga AS Terancam Tekor