Breaking

Inflasi Tahunan Kota Malang Capai 1,53% pada Oktober, Komoditas Makanan dan Emas Jadi Penyumbang Utama

Kota Malang mencatat inflasi tahunan sebesar 1,53% pada Oktober, didorong oleh kenaikan harga sejumlah komoditas seperti emas perhiasan, sigaret kretek mesin (SKM), dan kopi bubuk. Meski mengalami inflasi, Kota Malang masih berada dalam target inflasi nasional yang ditetapkan sebesar 2,5%±1%. Kepala BPS Kota Malang, Umar Sjaifudin, menjelaskan bahwa angka inflasi ini lebih rendah dibandingkan dengan Oktober tahun sebelumnya yang mencapai 2,65%. Kenaikan harga pada sejumlah komoditas utama memicu lonjakan inflasi, namun ada beberapa komoditas yang justru mengalami penurunan harga.

Kenaikan Harga Komoditas Utama sebagai Penyebab Inflasi

Menurut Umar, komoditas yang memberikan andil besar terhadap inflasi tahunan di Kota Malang pada Oktober termasuk emas perhiasan, sigaret kretek mesin, dan kopi bubuk. Selain itu, beberapa layanan seperti pendidikan di perguruan tinggi dan tarif rumah sakit juga menyumbang inflasi tahunan. Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi dan berkontribusi menahan laju inflasi antara lain bensin, cabai merah, dan daging ayam ras. Berdasarkan data BPS, sektor makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil terbesar terhadap inflasi tahun ini dengan kontribusi sebesar 0,52%.

Pada bulan Oktober 2024, Kota Malang juga mengalami inflasi sebesar 0,20% dibandingkan bulan sebelumnya, serta inflasi sebesar 0,65% secara year-to-date. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi kontributor utama inflasi bulanan dengan andil inflasi sebesar 0,10%. Emas perhiasan, daging ayam ras, dan tomat tercatat sebagai komoditas dengan pengaruh inflasi yang cukup signifikan.

Baca Juga : 1.020 Surat Suara Pilbup Malang 2024 Rusak, KPU Segera Ajukan Penggantian

Pengaruh Geopolitik dan Pengendalian Harga Pangan

Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai kenaikan harga emas perhiasan dipengaruhi oleh situasi geopolitik global, terutama konflik di Timur Tengah. Faktor pendidikan juga berperan dalam memberikan tekanan terhadap inflasi di Kota Malang. Namun, Joko menekankan bahwa inflasi yang relatif rendah ini menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam menjaga ketersediaan stok pangan dan stabilitas harga. Kebijakan pengendalian harga yang dilakukan pemerintah terbukti efektif, menghindarkan inflasi yang tinggi pada bahan pokok seperti beras dan cabai rawit yang sebelumnya sering menjadi pemicu inflasi.

Menurut Joko, rendahnya inflasi di Kota Malang bukan berarti terjadi pelemahan daya beli masyarakat, melainkan bukti terkendalinya harga pangan. Ia memuji peran pemerintah pusat dan daerah yang berhasil mengendalikan harga bahan pangan dan menjaga ketersediaan pasokan di pasar. Kondisi ini juga tercermin dari agregat inflasi yang terjaga rendah di angka 0,65% hingga Oktober 2024. Dengan keberhasilan ini, pemerintah diharapkan terus menjaga kebijakan stabilitas harga, khususnya pada komoditas pangan yang rentan terhadap inflasi.

Baca Juga : Pemkot Malang Prioritaskan Revitalisasi Pasar Besar pada 2025