Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Peristiwa

Kenaikan Harga BBM Dorong Inflasi di Kota Malang

66
×

Kenaikan Harga BBM Dorong Inflasi di Kota Malang

Share this article
Kenaikan Harga BBM Dorong Inflasi di Kota Malang

Selama bulan Agustus 2024, Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,04 persen secara month-to-month (MoM). Angka ini mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya, yang mencatatkan deflasi sebesar -0,01 persen. Sementara itu, secara year-on-year (yoy), inflasi di Kota Malang tercatat sebesar 1,88 persen, dan secara year-to-date, angka inflasi tetap di level yang sama, yaitu 1,88 persen.

Salah satu faktor utama yang mendorong inflasi pada bulan Agustus adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Umar Sjarifudin, menyatakan bahwa kenaikan harga BBM menyumbang inflasi sebesar 0,04 persen di Kota Malang.

Juragan Kost

“Pada bulan Agustus, harga BBM mengalami kenaikan dua kali, yakni pada tanggal 1 dan 10 Agustus,” ujarnya. Kenaikan harga BBM ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap peningkatan angka inflasi di daerah tersebut. Pada 10 Agustus, harga Pertamax 92 naik dari Rp 12.950 menjadi Rp 13.700 per liter, yang berpengaruh langsung pada kenaikan harga-harga kebutuhan lainnya.

Baca Juga :

Polisi Berusaha Tangkap Pelaku Pencurian Pecah Kaca Mobil di Malang

Selain BBM, inflasi di bulan Agustus juga dipengaruhi oleh momen tahun ajaran baru, terutama terkait dengan penyesuaian biaya pendidikan di perguruan tinggi. Biaya pendidikan yang naik pada awal semester baru turut menambah beban inflasi. Selain itu, harga emas juga terus meningkat, didorong oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar, yang menjadi salah satu pendorong inflasi pada bulan tersebut.

Meski demikian, inflasi yang lebih tinggi berhasil ditekan oleh deflasi yang terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Deflasi pada kelompok ini memberikan kontribusi sebesar -0,19 persen. Beberapa komoditas utama yang mengalami penurunan harga di antaranya bawang merah, daging ayam ras, daun bawang, jagung manis, dan telur ayam ras. Komoditas-komoditas tersebut masing-masing menyumbang deflasi sebesar -0,06 persen, -0,05 persen, -0,03 persen, -0,03 persen, dan -0,03 persen.

Kepala Bank Indonesia (BI) Malang, Febrina, menyebutkan bahwa meskipun ada tekanan inflasi, Kota Malang masih berhasil menjaga angka inflasi dalam batas yang ditargetkan. Hal ini, menurut Febrina, tidak lepas dari peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang terus melakukan koordinasi.

“Salah satu bentuk sinergi kolaboratif yang dilakukan adalah penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk komoditas cabai,” jelasnya. Selain itu, pemantauan harga bahan pangan pokok terus dilakukan sepanjang bulan Agustus untuk mengendalikan laju inflasi di wilayah tersebut.

Baca Juga :

Polres Malang Bantu Pengembangan UMKM Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan