Kawasan hutan di Gunung Panderman, tepatnya di sekitar Coban Rondo, Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, dilanda kebakaran hebat. Kebakaran ini terjadi selama tiga hari, mulai dari tanggal 26 hingga 28 Agustus 2024, menghanguskan sekitar 5 hektare lahan hutan.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Sadono Irawan, menjelaskan bahwa kebakaran pertama kali terdeteksi di lereng Gunung Panderman. Api kemudian dengan cepat menjalar hingga mencapai kawasan timur Coban Rondo, yang merupakan bagian dari area hutan yang cukup luas. “Jenis vegetasi yang terbakar kebanyakan adalah serasah daun, alang-alang kering, dan rayutan,” jelas Sadono.
Untuk menangani kebakaran ini, tim gabungan dari berbagai instansi kembali naik ke lokasi pada tanggal 28 Agustus 2024, melalui jalur Coban Rondo. Tim tersebut terdiri dari personel Perhutani, TNI-Polri, BPBD Kabupaten Malang, Damkar Batu, serta sejumlah relawan. Meski api sempat berhasil dipadamkan pada sore hari tanggal 27 Agustus, bara api masih tersisa dan terus membara hingga keesokan harinya. “Sebenarnya, api sudah padam pada Selasa sore, tapi bara masih tersisa. Asap yang terlihat berasal dari batang kayu yang membusuk dan terbakar,” ujar Sadono. Pada pagi hari tanggal 28 Agustus, upaya pemadaman kembali dilakukan untuk memastikan bahwa bara api benar-benar padam.
Baca Juga :
Pemilik Kos di Kecamatan Klojen Ditemukan Meninggal Dunia di Kamar
Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH) Pujon Selatan, Bambang Rianto, menambahkan bahwa sekitar 40 personel telah dikerahkan untuk menangani kebakaran ini. Tim yang berada di lokasi pada tanggal 28 Agustus melaporkan bahwa api sudah berhasil dipadamkan sepenuhnya sekitar pukul 11.00 siang. Meskipun demikian, mereka tetap waspada terhadap kemungkinan adanya bara api yang tersisa di area tersebut.
Terkait dengan penyebab kebakaran, Bambang menduga bahwa kejadian ini mungkin disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab. Salah satu kemungkinannya adalah puntung rokok yang dibuang sembarangan di hutan, yang kemudian menyulut serasah kering dan memicu kebakaran. “Kemungkinan penyebabnya bisa jadi karena puntung rokok yang dibuang sembarangan atau aktivitas mencari rumput, rencek, atau ranting kering yang tidak diawasi dengan baik,” ujar Bambang.
Peristiwa kebakaran ini menambah panjang daftar kebakaran hutan yang terjadi di kawasan Gunung Panderman. Selain mengakibatkan kerusakan lingkungan, kebakaran seperti ini juga berdampak pada ekosistem hutan yang menjadi habitat berbagai jenis flora dan fauna. Kejadian ini menjadi peringatan bagi semua pihak untuk lebih berhati-hati dalam menjaga kelestarian hutan, terutama di musim kemarau ketika risiko kebakaran sangat tinggi.
Baca Juga :