Kota Malang mencatat inflasi tahunan sebesar 1,62% pada September 2024, dengan kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang terbesar inflasi. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Umar Sjaifudin, menyebut komoditas utama yang berkontribusi besar terhadap inflasi adalah emas perhiasan, sigaret kretek mesin, kopi bubuk, dan tarif pendidikan perguruan tinggi.
Penyumbang Utama Inflasi Tahunan
Sepuluh komoditas dominan yang menjadi penyebab inflasi di antaranya adalah beras, tempe, udang basah, cabai rawit, dan tarif rumah sakit. “Emas perhiasan dan beras mencatat kontribusi terbesar pada inflasi tahunan kali ini,” ujar Umar. Selain itu, inflasi year on year (yoy) pada September 2024 lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai 2,56%.
Baca Juga : Kesulitan Akses BBM Picu Nelayan Sendangbiru Malang Batasi Aktivitas Melaut
Deflasi Bulanan di Kota Malang
Pada September 2024, Kota Malang justru mencatat deflasi month to month (mtm) sebesar -0,14%, dengan penyumbang utama deflasi berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Komoditas seperti cabai rawit, cabai merah, dan bensin menjadi faktor dominan yang menurunkan harga dan menyebabkan deflasi. Umar menambahkan, “Penurunan harga cabai rawit mencapai 33,24% dibandingkan bulan sebelumnya karena ketersediaan stok yang mencukupi.”
Sinergi Antar Daerah Dorong Stabilitas Harga Pangan
Menurut Ekonomi Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, deflasi ini menunjukkan keberhasilan manajemen stok bahan pangan yang semakin baik. “Sinergi antar perangkat daerah dalam menjaga pasokan bahan pangan juga semakin solid,” jelas Joko. Ia juga memperingatkan bahwa meskipun ada perbaikan pada inflasi, perlu diwaspadai dampak kebijakan suku bunga Bank Indonesia dan potensi kenaikan harga emas pada triwulan terakhir 2024.
Baca Juga : DPRD Kabupaten Malang Siap Kawal Tuntutan Keadilan Tragedi Kanjuruhan